Pahala Perempuan Hamil
Adakah hadist yang menerangkan pahala bagi ibu yg sedang hamil??
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Terdapat sebuah hadis yang menyatakan,
Bahwa Salamah, perempuan yang merawat Ibrahim – putra Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam – pernah bertanya,
“Ya Rasulullah, anda sering memberi kabar gembira dengan amal kepada para lelaki, tapi anda tidak memberi kabar gembira kepada para wanita?”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi motivasi kepadanya,
Tidakkah para perempuan senang, dikala dia hamil dari suaminya, dan dia ridha, maka dia menerima pahala menyerupai orang yang puasa dan tahajud dikala sedang jihad fi sabilillah. Ketika sedang kontraksi, maka ada kesepakatan yang sangat menyejukkan mata yang belum pernah diketahui penduduk langit dan bumi. Setelah dia melahirkan, kemudian menyusui bayinya, maka setiap isapan ASI akan menghasilkan pahala. Jika dia bergadangan di malam hari maka dia akan menerima pahala menyerupai membebaskan 70 budak fi sabilillah…
Hadis ini menyebutkan fadhilah yang luar biasa bagi perempuan hamil. Hanya saja, hadis ini lemah, bahkan palsu. Karena dalam sanadnya ada perawi berjulukan Amr bin Said al-Khoulani. Kata ad-Dzahabi, al-Khoulani banyak membawakan hadis palsu. Ibnu Hibban menilainya sebagai hadis dusta, palsu (al-Majruhin, 2/34), demikian pula evaluasi Ibnul Jauzi dalam al-Maudhu’at (2/273).
Meskipun demikian, bukan berarti perempuan hamil tidak mempunyai keistimewaan. Setidaknya, perempuan subur, merupakan perempuan pilihan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam hadis dari Ma’qil bin Yasar radhiyallahu ‘anhu,
Pernah ada orang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan memberikan keinginannya,
“Saya mengasihi seorang perempuan anggun dan dari keluarga terhormat. Namun dia mandul. Bolehkah saya menikah dengannya?”
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jangan.”
Orang ini tiba kedua kalinya, memberikan keinginannya yang sama. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap melarangnya.
Diapun tiba untuk yang ketiga kalinya, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap melarang dia menikah dengan perempuan itu.
Hingga akhirnya, dia bersabda,
تَزَوَّجُوا الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأُمَمَ
Menikahlah dengan perempuan yang penyayang dan subur, sebab saya membanggakan banyaknya kalian pada seluruh umat. (HR. Abu Daud 2050, Nasai 3227 dan dishahihkan al-Albani)
Sebagai balas jasa seorang ibu yang telah melahirkan anaknya, Allah memberi ganti dalam bentuk perintah untuk anak semoga taat dan menghormati ibunya.
Allah berfirman,
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا
Kami perintahkan kepada insan supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya hingga menyapihnya ialah tiga puluh bulan … (QS. al-Ahqaf: 15)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberi jaminan. Resiko apapun yang diderita perempuan dikala hamil, terutama yang mengancam kematian, akan dinilai sebagai syahid.
Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguknya dikala Ubadah sedang sakit. Di sela-sela itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
أتعلمون من الشهيد من أمتي ؟
“Tahukah kalian, siapa orang yang mati syahid di kalangan umatku?”
Ubadah menjawab: ‘Ya Rasulullah, merekalah orang yang sabar yang selalu mengharap pahala dari musibahnya.’
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengarahkan,
شهداء أمتي إذاً لقليل ، القتل في سبيل الله عز وجل شهادة ، والطاعون شهادة ، والغرق شهادة ، والبطن شهادة ، والنفساء يجرها ولدها بسرره إلى الجنة
“Berarti orang yang mati syahid di kalangan umatku cuma sedikit. Orang yang mati berjihad di jalan Allah, syahid, orang yang mati sebab Tha’un, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati sebab sakit perut, syahid. Dan perempuan yang mati sebab nifas, dia akan ditarik oleh anaknya menuju nirwana dengan tali pusarnya.” (HR. Ahmad dalam musnadnya 15998. Dan dinilai Shahih li Ghairih oleh Syuaib Al-Arnauth).
Dalam hadis lain, dari Jabir bin Atik, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk Abdullah bin Tsabit, dikala itu dia sedang pingsan sebab sakit. Di tengah-tengah itu, ada orang yang menyinggung problem mati syahid. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Siapa yang kalian anggap sebagai mati syahid?”
Merekapun menjawab, ‘Orang yang mati di jalan Allah.’ Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pengarahan,
الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ: الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ، وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ، وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ، وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ، وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ
“Mati syahid ada 7 selain yang terbunuh di jalan Allah,
Orang yang mati sebab thaun, syahid. Orang yang mati tenggelam, syahid. Orang yang mati sebab ada luka parah di dalam perutnya, syahid. Orang yang mati sakit perut, syahid. Orang yang mati terbakar, syahid. Orang yang mati sebab tertimpa benda keras, syahid. Dan perempuan yang mati, sementara ada janin dalam kandungannya.” (HR. Abu Daud 3111 dan dishahihkan al-Albani).
Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan semoga anak selalu memperhatikan ibunya,
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dia bercerita,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
“Seseorang tiba kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah saya harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari 5971 dan Muslim 2548)
Bukankah ini semua membanggakan bagi para perempuan yang hamil…
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Read more https://konsultasisyariah.com/29205-pahala-bagi-wanita-hamil.html