INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Penistaan Ulama Dan Tantangan Dakwah

Oleh: Rudi Agung

KETIKA Mongol memporak-porandakan dunia Islam, banyak yang menduga kehancuran umat Islam telah dimulai. Namun siapa sangka, musuh yang begitu keras permusuhannya, amat membenci anutan Islam, dan menindas pemeluknya, tiba-tiba menjadi saudara.
Dakwah masuk ke hati mereka tanpa senjata. Tanpa perebutan kekuasaan. Begitulah kemuliaan agama ini, pun dikenal oleh musuh-musuhnya. Menyentuh hati-hati mereka. Menundukkan jiwa yang telah mengalahkan kaum Muslimin.
Ketertarikan masyarakat Mongol terhadap Islam terbilang unik. Karena sebelumnya mereka menyerang dan menyebar bagaikan hama belalang di suatu perkebunan. Merusak dan menghancurkan. Tiba-tiba mereka menjadi saudara dan tundukpetuah para ulama.

Thomas Walker Arnold, sejarawan dan orientalis asal Inggris, merasa heran. Dalam bukunya The Preaching of Islam, ia mengutarakan perasaan herannya pada para penakluk itu sekaligus rasa takjub dengan kesungguhan pendakwah Islam. Mereka mengalahkan tantangan besar dan melewati ujian yang sulit dalam berdakwah.
Arnold takjub bagaimana bisa pendakwah Islam bisa mengalahkan pendakwah Budha dan Katolik dalam menggoda penguasa Mongol. Padahal Islam ialah musuh Mongol. Ditambah mereka mempunyai hati yang keras, yang sebelumnya tertutup tidak mendapatkan keyakinan kecuali Samanisme.
Sebelumnya, nasib para ulama dibunuh atau ditawan. Hal ini terus berlangsung hingga masa Kubilai Khan. Dan Kaisar Mongol dari Dinasti Ilkhan, Arghun Khan (1284-1291), juga melaksanakan penyiksaan terhadap umat Islam di negeri mereka.
Hijrahnya sebagian besar bangsa Mongol ke agama Islam termasuk catatan insiden yang luar biasa. Wilayah mereka yang luas pun menjadi wilayah Islam. Demikian seklumit perjalanan sejarah Mongol mengenal Islam.

Hari-hari ini, situasi Indonesia semakin mengkhawatirkan. Penistaan Ulama, penghinaan, kriminalisasi pada beliau-beliau makin gencar. Habib Rizieq jadi tersangka, Ustadz Alfian Tanjung dilaporkan ke Mabes Polri, Ustadz Bachtiar Nashir diperiksa sebagai saksi dugaan kasus makar, hingga KH Ma’ruf Amindiancam dilaporkan polisi oleh tim Ahok. Hasbunallah wa ni’mal wakiil.
Islam sendiri makin diinjak, dinistakan, disudutkan, dan dibenturkan. Adu domba, pecah belah, dan segala bentuk tatanan ajeg peradaban bangsa ini diacak-acak. Sejumlah tokoh bangsa menilai, situasi dikala ini seakan-akan kebangkitan PKI. Seperti kondisi tahun 1960, 1962 dan kala 1965.
Sastrawan Taufik Ismail, Waket MPR Hidayat Nur Wahid, hingga anggota dewan perwakilan rakyat Syafii, menilai, situasi kini lekat dengan masa kebangkitan PKI. Tidak ada yang tidak murka ketika Islam dan Ulama dilecehkan. Tetapi, kemarahan kita jangan hingga dimanfaatkan musuh Islam untuk perang saudara.
Alhamdulillah wa syukurilah. Meski betapa gencarnya upaya sabung domba, umat tetap tidak terpancing. Bahkan, justru menandakan kekuatan ukhuwah. Mulai agresi 411, 212, hingga sejumlah agresi pemboikotan dan pembentukan Koperasi Syariah.

Berkaca pada seklumit sejarah Mongol di atas, para pendakwah di kala itu telah membuktikan bagaimana kemuliaan watak bisa membuka jiwa seseorang. Allah pun membalik hatinya, dari yang begitu kejam dan kerasnya permusuhan terhadap Islam, alhasil mendapatkan Islam dengan ketulusan.
Hari-hari ini, kita juga mencicipi dahaga watak mulia. Betapa musuh-musuh Islam merusak aqidah, akhlak, moral bawah umur bangsa. Menjauhkan umat dari quran, sunnah, dan ulama. Namun, dalam beling mata optimisme, situasi umat Muslim Indonesia dikala ini bisa menjadi satu tantangan dakwah tersendiri.
Menunjukan kemuliaan watak yang diajarkan Rasulullah. Mengadopsi peradaban watak dari para pendahulu. Mengembalikan pentingnya mempunyai dan mentransformasi watak yang beradab. Jangan hingga kita tersulut api memecah-belah yang kian membara.
Jangan hingga kita terseret permainan musuh-musuh Islam untuk menyebabkan Indonesia berdarah-darah. Musuh-musuh Islam telah mempersiapkan segalanya dengan matang. Pelbagai design dan skenario penghancuran Islam Indonesia telah disetting berpuluh tahun lalu.
Ada beberapa bunyi yang mulai terpantik menyambut varian penyudutan Islam dan ulama dengan jihad. Melawan mereka dengan kekerasan. Berperang. Seruan jihad makin bergema, terutama di sosial media.
Tetapi, bukankah berjihad di medan perang perlu mempunyai ilmu? Tak cukup berteriak, apalagi sekadar membebek. Ada banyak hal yang mesti dipersiapkan dengan matang. Kita pun perlu menyiapkan segalanya dengan jauh lebih matang. Inilah satu tantangan dakwah yang menjadi PR besar bagi semua.
Tak cukup sekadar bernyali atau bermodal kerinduan terhadap syahid, namun malah lupa membekali diri dan umat dengan aneka kesiapan. Antara lain, mengokohkan aqidah, menyebarkan kemuliaan akhlak, membersihkan jiwa, meluruskan niat. Mari bersabar terhadap aneka bentuk makar musuh-musuh Islam. Sebaik-baik makar ialah makar Allah.
Semoga Allah selalu menguatkan kita, mempersiapkan umat di negeri ini. Menjaga Ulama kita. Memberi surprise bagi Indonesia: dengan menakdirkan Nusantara, suatu saat, bisa menjadi pionir kebangkitan Islam di selesai zaman. Aamiin Ya Mujibassaillin. Allahumma shalli alaa Muhammad.*
Penulis ialah wartawan
Rep: Admin Hidcom
Editor: Cholis Akbar

Sumber : https://lovegodfearnothing.blogspot.com//search?q=

INFO LOWONGAN KERJA TERBARU KLIK DISINI

Iklan Atas Artikel


Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2


Iklan Bawah Artikel