Sahabatmu Ialah Kala Depanmu!
Sahabatmu yaitu masa depanmu!,
Maka pilihlah sahabat yang baik dan benar.., benar berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah bukan logika.., mengajak dalam kebaikan bukan keburukan..., mengajak ke selesai yang baik bukan kebinasaan... menasehati ketika salah bukan membiarkan..,
Allah ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kau bersama orang-orang yang benar". (QS At-Taubah : 119)
A. JENIS-JENIS TEMAN
Tiada setelah nikmat Islam yang lebih baik daripada nikmat seorang sahabat yang shalih, kalau kalian menemukan cinta itu pada temannya, maka hendaklah dia berpegang erat dengannya:
Teman ada beberapa macam:
Teman atas dasar asas manfa’at.
Teman untuk bersenang-senang.
Teman yang utama.
Siapakah mereka?
1. Teman atas dasar asas manfa’at.
Dialah yang berteman denganmu ketika dia sanggup mengambil manfaat darimu berupa harta, kedudukan, dsb. Jika dia tidak lagi mengambil manfaat darimu, dia akan membelakangimu, seakan-akan dia tidak pernah mengenalmu dan engkau tidak pernah mengenalnya, betapa banyaknya sahabat mirip ini.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْها رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْها إِذا هُمْ يَسْخَطُونَ
“Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu perihal (distribusi) zakat; kalau mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan kalau mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah” (QS. At Taubah: 58).
2. Teman untuk bersenang-senang.
Dialah yang berteman denganmu lantaran ingin bersenang-senang denganmu dalam percakapan dan pergaulan, namun dia tidak bermanfaat bagimu dan tidak ingin memberimu faidah berteman dengannya. Berteman dengannya hanyalah menghabiskan waktu, hindarilah sahabat mirip ini.
3. Teman yang utama.
Dia membawamu kepada kebaikan dan melarangmu dari keburukan. Dia membuka pintu kebaikan dan menunjukkanmu padanya. Bila engkau tergelincir, maka dia menyelamatkanmu dengan cara yang tidak menjatuhkan kemuliaannya. (Syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitabnya “Hilyah thaalib al-‘ilm“, hal.23).
Umar bin Khaththab berkata:
ما أعطي بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح، فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به
“Tiada setelah nikmat Islam yang lebih baik daripada nikmat seorang sahabat yang shalih, kalau kalian menemukan cinta itu pada temannya, maka hendaklah dia berpegang erat dengannya”
Imam Asy Syafi’i berkata:
إذا كان لك صديق -يعينك على الطاعة- فشد يديك به؛ فإن اتخاذ الصديق صعب ومفارقته سهل
“Jika engkau mempunyai sahabat yang membantumu kepada keta’atan, maka eratkanlah peganganmu padanya, lantaran mendapatkan sahabat itu sulit, sedangkan berpisah darinya sangat mudah”
B. PENGARUH TEMAN BAGI SESEORANG
Islam sebagai agama yang tepat dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab-adab serta batasan-batasan dalam pergaulan. Pergaulan sangat menghipnotis kehidupan seseorang. Dampak buruk akan menimpa seseorang akhir bergaul dengan teman-teman yang jelek, sebaliknya manfaat yang besar akan didapatkan dengan bergaul dengan orang-orang yang baik.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Agama Seseorang sesuai dengan agama sahabat dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi sahabat dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan lantaran efek sahabat bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan perihal tugas dan dampak seorang sahabat dalam sabda dia :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan sahabat yang baik dan sahabat yang buruk menyerupai seorang penjual minyak wangi dan seorang pintar besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau sanggup membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan amis harum darinya. Sedangkan pintar besi, sanggup jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan amis asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
C. PERINTAH UNTUK MENCARI TEMAN YANG BAIK & MENJAUHI TEMAN YANG JELEK
Imam Muslim rahimahullah mencantumkan hadits di atas dalam Bab : Anjuran Untuk Berteman dengan Orang Shalih dan Menjauhi Teman yang Buruk”.
Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat permisalan sahabat yang shalih dengan seorang penjual minyak wangi dan sahabat yang buruk dengan seorang pintar besi.
Hadits diatas ini juga memperlihatkan keutamaan bergaul dengan sahabat shalih dan orang baik yang mempunyai moral yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus juga terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, mahir bid’ah, dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.” (Syarh Shahih Muslim 4/227)
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah menyampaikan : “Hadits diatas ini memperlihatkan larangan berteman dengan orang-orang yang sanggup merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang supaya bergaul dengan orang-orang yang sanggup menyampaikan manfaat dalam agama dan dunia.” ( Fathul Bari 4/324)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ
Dari Abu Sa'id dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dia bersabda: "Janganlah kalian berkawan kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan hingga memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa." (HR. Abu Daud, Attirmidzi, Ad-Daraquthny, Ahmad)
Malik bin Dinar rahimahullah berkata:
وَصَاحِبْ خِيَارَ النَّاسِ تَنْجُ مُسْلِماً – – – – – – وَصَاحِبْ شَـرَّارَ النَّاسِ يَوْماً فَتَنْدَمَا
“Bergaullah dengan orang-orang yang baik, pasti engkau akan menjadi seorang yang selamat”
“(Namun) cobalah sehari saja engkau bergaul dengan orang-orang yang jelek, maka pasti engkau akan menyesal (selamanya).”
D. MANFAAT BERTEMAN DENGAN ORANG YANG BAIK
Hadits di atas mengandung faedah bahwa bergaul dengan sahabat yang baik akan mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik:
Kita akan menjadi baik, atau
Minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan sahabat kita.
Bergaul bersama dengan sahabat yang shalih akan mendatangkan banyak kebaikan, mirip penjual minyak wangi yang akan menyampaikan manfaat dengan amis harum minyak wangi. Bisa jadi dengan diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk bersanding dengannya, engkau akan menerima ketenangan dari amis harum minyak wangi tersebut.
Kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba yang berteman dengan orang yang shalih lebih banyak dan lebih utama daripada harumnya aroma minyak wangi.
Dia akan mengajarkan kepadamu hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan agamamu.
Dia juga akan memeberimu nasihat.
Dia juga akan mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka.
Dia juga senantiasa memotivasi dirimu untuk mentaati Allah,
Mengingatkanmu berbakti kepada kedua orangtua,
Mendorongmu untuk menyambung silaturahmi,
Dia bersabar dengan kekurangan dirimu.
Dia juga mengajak untuk berakhlak mulia baik dalam perkataan, perbuatan, maupun bersikap. Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau sahabat dekatnya dalam watak dan perilakunya. Keduanya saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam kondisi sebaliknya.Jika kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada manfaat lain yang penting kalau berteman dengan orang yang shalih.
Minimal diri kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatn buruk dan maksiat.
Teman yang shalih akan senantiasa menjaga dari maksiat, dan
Mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan.
Dia juga akan senantiasa menjagamu baik ketika bersamamu maupun tidak,
Dia juga akan memberimu manfaat dengan kecintaanya dan do'anya kepadamu, baik ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau tiada.
Dia juga akan membantu menghilangkan kesulitanmu lantaran persahabatannya denganmu dan kecintaanya kepadamu. (Bahjatu Quluubil Abrar Oleh Syeikh As-Sa'di, 148).
Kita akan mendapatkan ketentraman hati, lantaran sahabat yang baik akan senantiasa menyampaikan hikmah dan motivasi tatkala masalah, musibah, kegundahan dan kesedihan menimpa diri kita.
Mereka juga tidak segan-segan untuk mengingatkan kita ketika kita terjatuh dalam kesalahan.
Mereka juga akan mengajarkan kepada kita hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan darul abadi kita.
Mereka juga akan mengajak kita untuk melaksanakan kebaikan-kebaikan yang tentunya akan mendatangkan ridha dan pahala dari Allah Ta’ala.
E. SIFAT TEMAN YANG BAIK
1. Berakidah Lurus.
Ini menjadi syarat mutlak dalam menentukan teman. Dia harus beragama Islam dan berakidah Ahlus sunnah wa -jamâ’ah. Bukankah kita semua tahu dongeng janjkematian Abu Thalib, paman Rasulullah?
Ya, dalam keadaan terbaring dan menghadapi detik-detik kematian, ada tiga orang yang menyertainya. Mereka yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah, dua orang terakhir ini yaitu tokoh kaum kafir Quraisy. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak pamannya dengan berseru, “Paman! Katakanlah lâ ilâha illallâh! Satu kalimat yang akan ku jadikan materi pembelaan bagimu di hadapan Allah.” Dua tokoh kafir itu menimpali, “Abu Thalib! Apakah kau membenci agama Abdul-Muththalib?”
Tanpa henti, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam “menawarkan” kalimat itu dan sebaliknya mereka berdua juga terus melancarkan pengaruh. Sampai kesudahannya Abu Thalib masih enggan mengucapkan lâ ilâha illallâh dan tetap menentukan agama Abdul-Muththalib. Ia pun mati dalam kekufuran. (Lihat al-Bukhâri no. 1360, Muslim no. 131 dan an-Nasâ’i no.2034).
Cobalah lihat buruknya efek orang-orang yang ada di sekitarnya! Padahal Abu Thalib sudah membenarkan pedoman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hatinya.
2. Bermanhaj Lurus.
Ini juga menjadi sifat mutlak yang kedua. Oleh lantaran itu, Islam melarang berteman dengan ahlul-bid’ah dan ahlul-hawa’. Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata, “Janganlah kalian duduk-duduk bersama dengan ahlulhawa! Sesungguhnya duduk-duduk dengan mereka menimbulkan penyakit dalam hati (yaitu bid’ah ).” Asy-Syarî’ah, Imam al-Ajurri hlm. 61 dan al-Ibânah al-Kubrâ, Imam Ibnu Baththah (2/ 438). Nukilan dari Mauqif Ahlis Sunnah wa Jjamâ’ah min Ahlil hawâ’ wal Bida’, DR. Ibrâhîm ar-Ruhaili (2/535)
3. Taat Beribadah Dan Menjauhi Perbuatan Maksiat.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
Sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang berdoa kepada Allah, pada waktu pagi dan petang, (yang mereka itu) menginginkan wajah-Nya [al-Kahfi/18: 28]
Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsîr rahimahullah menyatakan, “Duduklah bersama orang-orang yang mengingat Allâh, yang ber-tahlîl (mengucapkan lâ ilâha illallâh), memuji, ber-tasbiih (mengucapkan subhaanallah), bertakbir (mengucapkan Allâhu akbar) dan memohon pada-Nya di waktu pagi dan petang di antara hamba-hamba Allâh, baik mereka itu orang-orang miskin atau orang-orang kaya, baik mereka itu orang-orang besar lengan berkuasa maupun orang-orang yang lemah.”
4. Berakhlak Terpuji Dan Bertutur Kata Baik
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Mukmin yang paling tepat imannya yaitu mukmin yang paling baik akhlaknya [HR Abu Dâwud no. 4682 dan at-Tirmidzi no.1163. (ash-Shahîhah no. 284)]
Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah berkata, “Kami dulu selalu mengikuti Qais bin ‘Ashim. Melalui dirinya, kami berguru kesabaran dan kemurahan hati sebagaimana kami berguru ilmu fikih.” [ Al-‘Afwu wa al-A’dzâr, Ibni ar-Raqqâm. Nukilan dari Sû’ul Khuluq, Muhammad Ibrâhîm al-Hamd hlm. 134].
5. Teman Yang Suka Menasehati Dalam Kebaikan.
Teman yang baik tentu tidak senang kalau kawannya sendiri terjatuh dalam perbuatan dosa. Jika Anda mempunyai teman, tetapi tidak pernah menegur dan tidak memperdulikan diri Anda ketika melaksanakan kesalahan, maka perlu dipertanyakan landasan persahabatan yang mengikat mereka berdua. Ia bukan seorang teman?
Salah satu ciri orang yang tidak rugi sebagaimana disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla pada surat al-‘Ashr, mereka saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidak tepat iman salah seorang dari kalian hingga dia mengasihi saudaranya mirip mengasihi dirinya sendiri [HR. al-Bukhâri no. 13, Muslim no. 40 , an-Nasâ’i no. 5031, at-Tirmidzi no. 2515 dan Ibnu Mâjah no. 66]
6. Zuhud Terhadap Dunia Dan Tidak Berambisi Mengejar Kedudukan.
Teman yang baik tentu tidak akan menyibukkan saudaranya dengan hal-hal yang bersifat keduniawian, mirip sibuk membicarakan model-model handphone, kendaraan beroda empat glamor keluaran terbaru dan barang-barang konsumtif yang menjadi incaran kaum hedonis.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersikaplah zuhud terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan bersikaplah tidak membutuhkan terhadap apa-apa yang dimiliki manusia, maka insan akan mencintaimu.” [HR Ibnu Mâjah no. 4102 (ash-Shahîhah no.944)]
7. Banyak Ilmu Atau Dapat Berbagi Ilmu Dengannya.
Tidak salah lagi, berteman dengan orang-orang yang punya dan mengamalkan ilmu agama akan memberi efek positif yang besar pada diri kita.
8. Berpakaian Yang Islami.
Teman yang baik selalu memperhatikan pakaiannya, baik dari segi syariat, kebersihan dan kerapiannya. Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah berkata dalam kitab al-Hilyah, “Perhiasan yang tampak memperlihatkan kecondongan hati. Orang-orang akan mengklasifikasikan dirimu hanya dengan melihat pakaianmu…Maka pakailah pakaian yang menghiasimu dan tidak menjelekkanmu, dan tidak menjadi materi celaan dalam pembicaraan orang atau materi olok-olokan orang-orang tukang cemooh.” [ At-Ta’lîquts Tsamîn ‘ala Syarhi Ibni al’Utsaimîn li Hilyati Thalabil ‘Ilmi hlm. 107]
9. Ia Selalu Menjaga Kewibawaan Dan Kehormatan Dirinya Dari Hal-Hal Yang Tidak Layak Menurut Pandangan Masyarakat.
Teman yang baik selalu memelihara dirinya dari perkara-perkara tersebut, kendatipun merupakan hal-hal yang diperbolehkan dalam agama, bukan maksiat. Seandainya suatu kawasan menganggap bahwa main bola sodok yaitu permainan tercela (sebuah malu bagi orang yang ikut bermain), maka tidak sepantasnya bergaul dengan orang-orang yang suka bermain permainan itu.
Betapa indah ucapan Imam Syâfi’i rahimahullah :
لَوْ أَنَّ اْلمَاءَ اْلبَارِدَ يَثْلَمُ مِنْ مُرُوْءَتِيْ شَيْئًا مَا شَرِبْتُ اْلمَاءَ إلاَّ حَارًّا
Seandainya air yang cuek merusak kewibawaanku (kehormatanku), maka saya tidak akan minum air kecuali yang panas saja [Manâqib asy-Syâfi’I, Imam ar-Râzy hlm. 85. Nukilan Ma’âlim fi Tharîq Thalabil’ilmi hlm. 166]
10. Sosok Yang Tidak Banyak Bergurau Dan Meninggalkan Hal-Hal Yang Tak Bermanfaat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
Di antara ciri baiknya keislaman seseorang, dia meninggalkan hal-hal yang tak bermanfaat baginya [Hadits shahîh riwayat at-Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Mâjah no. 3976]
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata :
وفى جملة، فينبغى أن يكون فيمن تؤثر صحبته خمس خصال : أن يكون عاقلاً حسن الخلق غير فاسق ولا مبتدع ولا حريص على الدنيا
“ Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat mempunyai lima sifat berikut : orang yang berakal, mempunyai moral yang baik, bukan orang fasik, bukan mahir bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia” .
11. Berakal, lantaran kecerdikan merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang bodoh. Karena orang yang bodoh, dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu. Berakal maksudnya yaitu orang yang memamahai segala sesuatu sesuai dengan hakekatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan kepada orang ain.
12. Berakhlak yang mulia. Karena betapa banyak orang yang akil dikuasai oleh rasa murka dan tunduk pada hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan berteman dengannya.
13. Bukan Orang Fasik, lantaran dia tidak mempunyai rasa takut kepada Allah. Orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, tidak sanggup mendapatkan amanah dan engkau tidak kondusif dari tipu dayanya.
14. Bukan Ahli Bid'ah, lantaran berteman dengan mahir bid’ah dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan kejelekan bid’ahnya.
15. Bukan orang yang rakus dengan dunia. (Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37)
16. Ikhlas dan Tulus dalam berteman,
17. Pemaaf
18. Tidak suka mencela menggibah orang lain,
19. Memberikan pemberian yang positif,
20. Suka berkunjung / ziarah.
Memang kelihatannya agak sulit mendapatkan sahabat ideal sesuai dengan pemaparan di atas. Akan tetapi, dengan idzin Allah Azza wa Jalla kemudian dengan perjuangan yang besar lengan berkuasa serta doa kepada Allah, kita akan mendapatkan orang-orang mirip itu.
Catatan Penting :
a. Melalui keterangan di atas yang menganjurkan mencari sahabat yang berlatar-belakang baik, bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang-orang di sekitar kita. Bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang kafir, ahlul-bid’ah, orang-orang fasik dan orang-orang berkarakter buruk lainnya. Akan tetapi, pergaulan dengan mereka mesti dilandasi harapan dan niat untuk mendakwahi dan memperbaiki mereka.
b. Dalam dilema ini, kita harus melihat dan mempertimbangkan sisi kemaslahatan (kebaikan) dan madharat (bahaya) yang akan terjadi pada diri kita dan orang orang lain di sekitar kita pada ketika kita bergaul dengan mereka. Jika pergaulan kita dengan mereka mendatangkan manfaat yang besar bagi mereka, maka kita boleh bergaul dengan mereka. Begitu pula sebaliknya, kalau tidak mendatangkan manfaat tetapi justru mendatangkan bahaya, maka bergaul dengan mereka menjadi kasus larangan.
c. Simaklah keterangan Syaikh Muhammad al-‘Utsaimîn rahimahullah berikut, “Jika di dalam pergaulan dengan orang-orang fasik menjadikan alasannya datangnya hidayah baginya, maka tidak mengapa berteman dengannya. Engkau sanggup undang dia ke rumahmu, kau tiba ke rumahnya atau kau jalan-jalan bersamanya, dengan syarat tidak mengotori kehormatan dirimu dalam andangan masyarakat. Betapa banyak orang-orang fasik mendapatkan hidayah dengan berteman dengan orang-orang yang baik.” [ At-Ta’lîquts Tsamîn ‘ala Syarhi Ibni al’Utsaimîn li Hilyati Thalabil ‘Ilmi hlm. 24]
d. Di tengah masyarakat, kalau Anda tidak menentukan sahabat yang baik, maka tinggal pilih; Andakah yang akan menghipnotis orang-orang untuk menjadi lebih baik atau Andakah menjadi korban efek buruk lingkungan (kawan-kawan) Ingat! Tidak ada pilihan yang ketiga.
Wallâhul muwaffiq.
F. MUDHARAT BERTEMAN DENGAN ORANG YANG JELEK
Sebaliknya, bergaul dengan sahabat yang buruk juga ada dua kemungkinan yang kedua-duanya buruk:
A. Kita akan menjadi jelek, atau
B. Kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan sahabat kita.
Berteman dengan sahabat yang buruk menyampaikan dampak yang sebaliknya;
Orang yang bersifat buruk sanggup mendatangkan ancaman bagi orang yang berteman dengannya,
Dapat mendatangkan keburukan dari segala aspek bagi orang yang bergaul bersamanya.
Sungguh betapa banyak kaum yang hancur lantaran alasannya keburukan-keburukan mereka, dan betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik mereka sadari maupun tidak.
Oleh lantaran itu, sungguh merupakan nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman yaitu Allah memberinya taufik berupa sahabat yang baik. Sebaliknya, eksekusi bagi seorang hamba yaitu Allah mengujinya dengan sahabat yang buruk. (Bahjatu Qulubil Abrar, 185)
NOW I WILL SHOW YOUR FUTURE ....
G. KEBAIKAN SESEORANG BISA DILIHAT DARI TEMANNYA
Ibnu Mas’ud berkata, “Seseorang itu akan berjalan dan bersahabat bersama orang yang dicintainya yang mempunyai sifat mirip dirinya.” (Al-Ibanah 2/476 – Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur fil I’tiqad was Sunnah)
Ketika Sufyan Ats-Tsauri tiba ke Bashrah, dia melihat keadaan Ar-Rabi’ bin Shabih dan kedudukannya di tengah ummat. Yahya bin Sa’id Al-Qatthan berkata, “Sufyan bertanya apa madzhabnya?” Orang-orang menjawab, “Madzhabnya di atas sunnah.” Beliau bertanya lagi, “Siapa sahabat dekatnya?” Mereka menjawab, “Seorang Qadari (orang yang menolak beriman kepada taqdir).” Lalu dia berkata, “Kalau begitu dia seorang Qadari!” (Al-Ibaanah 2/453 – Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur fil I’tiqad was Sunnah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan sahabat sebagai patokan terhadapa baik dan buruknya agama seseorang. Oleh alasannya itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita supaya menentukan sahabat dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Agama Seseorang sesuai dengan agama sahabat dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi sahabat dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
‘Adi bin Zaid rahimahullah berkata :
عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَل وَاسْأَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ – – – – – – فَـكُلُّ قَــرِيْنٍ بِالْمُقَـارِنِ يَقْتَــدِيْ
إِذَا كُنْتَ فِيْ قَوْمٍ فَصَـاحِبْ خِيَارَهُمْ – – – – – – وَلَا تَصْحَب الْأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِيْ
“Tidak perlu engkau tanyakan (tentang) siapa seseorang itu, namun tanyakanlah siapa sahabat dekatnya”
“Karena setiap orang itu memalsukan (tabiat) sahabat dekatnya”
“Jika engkau ada di suatu kaum, maka bertemanlah dengan orang-orang yang baik diantara mereka”
“Dan janganlah berteman dengan orang-orang yang hina (diantara mereka), pasti engaku menjadi hina bersamanya.”
H. JANGAN SAMPAI MENYESAL DI AKHIRAT
Memilih sahabat yang buruk akan menyebakan rusak agama seseorang. Jangan hingga kita menyesal pada hari selesai zaman nanti lantaran efek sahabat yang buruk sehingga tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlah firman Allah berikut :
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً
“ Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya saya dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu saya tidak mengambil fulan sebagai sahabat akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan saya dari Al Qur’an setelah Al Qur’an itu tiba kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” (Al Furqan:27-29)
Lihatlah bagiamana Allah menggambarkan seseorang yang teah menjadikan orang-orang yang buruk sebagai teman-temannya di dunia sehingga di darul abadi menimbulkan penyesalan yang sudah tidak mempunyai kegunaan lagi.
I. BERTEMAN DENGAN MUKMIN YANG BAIK, MENJADI SYAFAAT DI HARI KIAMAT
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dalam hadis yang panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda perihal syafaat di hari kiamat,
حتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون: ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم: أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار، فيخرجون خلقا كثيرا قد أخذت النار إلى نصف ساقيه، وإلى ركبتيه، ثم يقولون: ربنا ما بقي فيها أحد ممن أمرتنا به، فيقول: ارجعوا فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من خير فأخرجوه، فيخرجون خلقا كثيرا، ثم يقولون: ربنا لم نذر فيها أحدا ممن أمرتنا…
Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.
Para mukminin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar hingga betisnya dan ada yang hingga lututnya.
Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.”
Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih mempunyai iman seberat dinar.”
Maka dikeluarkanlah orang mukmin berbagai yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR. Muslim no. 183).
Memahami hadis ini, Imam Hasan al-Bashri menasehatkan,
استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة
”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka mempunyai syafaat pada hari klamat.”
Imam Ibnul Jauzi berpesan kepada sahabat-sahabatnya,
إن لم تجدوني في الجنة بينكم فاسألوا عني وقولوا : يا ربنا عبدك فلان كان يذكرنا بك
”Jika kalian tidak menemukan saya di nirwana bersama kalian, maka tanyakanlah perihal saya kepada Allah. Ucapkan: ’Wahai Tuhan kami, hambaMu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau.”
Kemudian dia menangis.
Imam Asy Syafi'i rahimahullah berkata: "Jika engkau punya sahabat yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya kerana mencari sahabat baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat gampang sekali."
Teman sejati yaitu sahabat yang membimbingmu ke Surga...
J. HENDAKNYA ORANG TUA MEMANTAU PERGAULAN ANAKNYA
Kewajiban bagi orang bau tanah yaitu mendidik anak-anaknya. Termasuk dalam hal ini memantau pergaulan anak-anaknya. Betapa banyak anak yang sudah menerima pendidikan yang cantik dari orang tuanya, namun dirusak oleh pergaulan yang buruk dari teman-temannya. Hendaknya orangtua memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak-anaknya, lantaran setap orang bau tanah yaitu pemimpin bagi keluarganya, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Allah Ta’ala juga berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُون
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang materi bakarnya yaitu insan dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “ (At Tahrim:6).
SEBELUM BERPISAH..
Sahabatku fillah...
Mudah-mudahan dengan ini, saya telah mengingatkanmu perihal Allah Ta'ala, supaya saya sanggup besertamu kelak di Syurga dan ridhaNya.
Yaa Rabb saya memohon kepadaMu karuniakanlah kepadaku sahabat-sahabat yang selalu mengajakku untuk tunduk patuh dan taat kepada syariatMu.
Kekalkanlah persahabatan kami hingga kami bertemu di darul abadi denganMu.
Wahai sahabatku...
Jika kalian tidak menemukan diriku di Syurga, sudilah kiranya engkau memanggil namaku dan bertanya pada Allah perihal diriku, dan semoga Allah menyelamatkan diriku dan keluargaku dan kalian dari siksa api neraka..
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keluaraga kita dari efek teman-teman yang buruk dan mengumpulkan kita bersama teman-teman yang baik.
Aamiin.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
Disusun dari beberapa sumber Oleh: Abu Hazim Samsuril Wadi (Al-Khor)
Sumber : http://www.assunnah-qatar.com/artikel/akhlaq-dan-nasehat/831-sahabatmu-masa-depanmu.html
Maka pilihlah sahabat yang baik dan benar.., benar berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah bukan logika.., mengajak dalam kebaikan bukan keburukan..., mengajak ke selesai yang baik bukan kebinasaan... menasehati ketika salah bukan membiarkan..,
Allah ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kau bersama orang-orang yang benar". (QS At-Taubah : 119)
A. JENIS-JENIS TEMAN
Tiada setelah nikmat Islam yang lebih baik daripada nikmat seorang sahabat yang shalih, kalau kalian menemukan cinta itu pada temannya, maka hendaklah dia berpegang erat dengannya:
Teman ada beberapa macam:
Teman atas dasar asas manfa’at.
Teman untuk bersenang-senang.
Teman yang utama.
Siapakah mereka?
1. Teman atas dasar asas manfa’at.
Dialah yang berteman denganmu ketika dia sanggup mengambil manfaat darimu berupa harta, kedudukan, dsb. Jika dia tidak lagi mengambil manfaat darimu, dia akan membelakangimu, seakan-akan dia tidak pernah mengenalmu dan engkau tidak pernah mengenalnya, betapa banyaknya sahabat mirip ini.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْها رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْها إِذا هُمْ يَسْخَطُونَ
“Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu perihal (distribusi) zakat; kalau mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan kalau mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah” (QS. At Taubah: 58).
2. Teman untuk bersenang-senang.
Dialah yang berteman denganmu lantaran ingin bersenang-senang denganmu dalam percakapan dan pergaulan, namun dia tidak bermanfaat bagimu dan tidak ingin memberimu faidah berteman dengannya. Berteman dengannya hanyalah menghabiskan waktu, hindarilah sahabat mirip ini.
3. Teman yang utama.
Dia membawamu kepada kebaikan dan melarangmu dari keburukan. Dia membuka pintu kebaikan dan menunjukkanmu padanya. Bila engkau tergelincir, maka dia menyelamatkanmu dengan cara yang tidak menjatuhkan kemuliaannya. (Syaikh Bakr Abu Zaid dalam kitabnya “Hilyah thaalib al-‘ilm“, hal.23).
Umar bin Khaththab berkata:
ما أعطي بعد الإسلام نعمة خيراً من أخ صالح، فإذا وجد أحدكم وداً من أخيه فليتمسك به
“Tiada setelah nikmat Islam yang lebih baik daripada nikmat seorang sahabat yang shalih, kalau kalian menemukan cinta itu pada temannya, maka hendaklah dia berpegang erat dengannya”
Imam Asy Syafi’i berkata:
إذا كان لك صديق -يعينك على الطاعة- فشد يديك به؛ فإن اتخاذ الصديق صعب ومفارقته سهل
“Jika engkau mempunyai sahabat yang membantumu kepada keta’atan, maka eratkanlah peganganmu padanya, lantaran mendapatkan sahabat itu sulit, sedangkan berpisah darinya sangat mudah”
B. PENGARUH TEMAN BAGI SESEORANG
Islam sebagai agama yang tepat dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab-adab serta batasan-batasan dalam pergaulan. Pergaulan sangat menghipnotis kehidupan seseorang. Dampak buruk akan menimpa seseorang akhir bergaul dengan teman-teman yang jelek, sebaliknya manfaat yang besar akan didapatkan dengan bergaul dengan orang-orang yang baik.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Agama Seseorang sesuai dengan agama sahabat dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi sahabat dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan lantaran efek sahabat bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Dalam sebuah hadits Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan perihal tugas dan dampak seorang sahabat dalam sabda dia :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan sahabat yang baik dan sahabat yang buruk menyerupai seorang penjual minyak wangi dan seorang pintar besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau sanggup membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan amis harum darinya. Sedangkan pintar besi, sanggup jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan amis asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
C. PERINTAH UNTUK MENCARI TEMAN YANG BAIK & MENJAUHI TEMAN YANG JELEK
Imam Muslim rahimahullah mencantumkan hadits di atas dalam Bab : Anjuran Untuk Berteman dengan Orang Shalih dan Menjauhi Teman yang Buruk”.
Imam An Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat permisalan sahabat yang shalih dengan seorang penjual minyak wangi dan sahabat yang buruk dengan seorang pintar besi.
Hadits diatas ini juga memperlihatkan keutamaan bergaul dengan sahabat shalih dan orang baik yang mempunyai moral yang mulia, sikap wara’, ilmu, dan adab. Sekaligus juga terdapat larangan bergaul dengan orang yang buruk, mahir bid’ah, dan orang-orang yang mempunyai sikap tercela lainnya.” (Syarh Shahih Muslim 4/227)
Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah menyampaikan : “Hadits diatas ini memperlihatkan larangan berteman dengan orang-orang yang sanggup merusak agama maupun dunia kita. Hadits ini juga mendorong seseorang supaya bergaul dengan orang-orang yang sanggup menyampaikan manfaat dalam agama dan dunia.” ( Fathul Bari 4/324)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُصَاحِبْ إِلَّا مُؤْمِنًا وَلَا يَأْكُلْ طَعَامَكَ إِلَّا تَقِيٌّ
Dari Abu Sa'id dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dia bersabda: "Janganlah kalian berkawan kecuali dengan seorang mukmin, dan jangan hingga memakan makananmu kecuali orang yang bertakwa." (HR. Abu Daud, Attirmidzi, Ad-Daraquthny, Ahmad)
Malik bin Dinar rahimahullah berkata:
وَصَاحِبْ خِيَارَ النَّاسِ تَنْجُ مُسْلِماً – – – – – – وَصَاحِبْ شَـرَّارَ النَّاسِ يَوْماً فَتَنْدَمَا
“Bergaullah dengan orang-orang yang baik, pasti engkau akan menjadi seorang yang selamat”
“(Namun) cobalah sehari saja engkau bergaul dengan orang-orang yang jelek, maka pasti engkau akan menyesal (selamanya).”
D. MANFAAT BERTEMAN DENGAN ORANG YANG BAIK
Hadits di atas mengandung faedah bahwa bergaul dengan sahabat yang baik akan mendapatkan dua kemungkinan yang kedua-duanya baik:
Kita akan menjadi baik, atau
Minimal kita akan memperoleh kebaikan dari yang dilakukan sahabat kita.
Bergaul bersama dengan sahabat yang shalih akan mendatangkan banyak kebaikan, mirip penjual minyak wangi yang akan menyampaikan manfaat dengan amis harum minyak wangi. Bisa jadi dengan diberi hadiah olehnya, atau membeli darinya, atau minimal dengan duduk bersanding dengannya, engkau akan menerima ketenangan dari amis harum minyak wangi tersebut.
Kebaikan yang akan diperoleh seorang hamba yang berteman dengan orang yang shalih lebih banyak dan lebih utama daripada harumnya aroma minyak wangi.
Dia akan mengajarkan kepadamu hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan agamamu.
Dia juga akan memeberimu nasihat.
Dia juga akan mengingatkan dari hal-hal yang membuatmu celaka.
Dia juga senantiasa memotivasi dirimu untuk mentaati Allah,
Mengingatkanmu berbakti kepada kedua orangtua,
Mendorongmu untuk menyambung silaturahmi,
Dia bersabar dengan kekurangan dirimu.
Dia juga mengajak untuk berakhlak mulia baik dalam perkataan, perbuatan, maupun bersikap. Sesungguhnya seseorang akan mengikuti sahabat atau sahabat dekatnya dalam watak dan perilakunya. Keduanya saling terikat satu sama lain, baik dalam kebaikan maupun dalam kondisi sebaliknya.Jika kita tidak mendapatkan kebaikan-kebaikan di atas, masih ada manfaat lain yang penting kalau berteman dengan orang yang shalih.
Minimal diri kita akan tercegah dari perbuatan-perbuatn buruk dan maksiat.
Teman yang shalih akan senantiasa menjaga dari maksiat, dan
Mengajak berlomba-lomba dalam kebaikan, serta meninggalkan kejelekan.
Dia juga akan senantiasa menjagamu baik ketika bersamamu maupun tidak,
Dia juga akan memberimu manfaat dengan kecintaanya dan do'anya kepadamu, baik ketika engkau masih hidup maupun setelah engkau tiada.
Dia juga akan membantu menghilangkan kesulitanmu lantaran persahabatannya denganmu dan kecintaanya kepadamu. (Bahjatu Quluubil Abrar Oleh Syeikh As-Sa'di, 148).
Kita akan mendapatkan ketentraman hati, lantaran sahabat yang baik akan senantiasa menyampaikan hikmah dan motivasi tatkala masalah, musibah, kegundahan dan kesedihan menimpa diri kita.
Mereka juga tidak segan-segan untuk mengingatkan kita ketika kita terjatuh dalam kesalahan.
Mereka juga akan mengajarkan kepada kita hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan darul abadi kita.
Mereka juga akan mengajak kita untuk melaksanakan kebaikan-kebaikan yang tentunya akan mendatangkan ridha dan pahala dari Allah Ta’ala.
E. SIFAT TEMAN YANG BAIK
1. Berakidah Lurus.
Ini menjadi syarat mutlak dalam menentukan teman. Dia harus beragama Islam dan berakidah Ahlus sunnah wa -jamâ’ah. Bukankah kita semua tahu dongeng janjkematian Abu Thalib, paman Rasulullah?
Ya, dalam keadaan terbaring dan menghadapi detik-detik kematian, ada tiga orang yang menyertainya. Mereka yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abi Umayyah, dua orang terakhir ini yaitu tokoh kaum kafir Quraisy. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak pamannya dengan berseru, “Paman! Katakanlah lâ ilâha illallâh! Satu kalimat yang akan ku jadikan materi pembelaan bagimu di hadapan Allah.” Dua tokoh kafir itu menimpali, “Abu Thalib! Apakah kau membenci agama Abdul-Muththalib?”
Tanpa henti, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam “menawarkan” kalimat itu dan sebaliknya mereka berdua juga terus melancarkan pengaruh. Sampai kesudahannya Abu Thalib masih enggan mengucapkan lâ ilâha illallâh dan tetap menentukan agama Abdul-Muththalib. Ia pun mati dalam kekufuran. (Lihat al-Bukhâri no. 1360, Muslim no. 131 dan an-Nasâ’i no.2034).
Cobalah lihat buruknya efek orang-orang yang ada di sekitarnya! Padahal Abu Thalib sudah membenarkan pedoman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hatinya.
2. Bermanhaj Lurus.
Ini juga menjadi sifat mutlak yang kedua. Oleh lantaran itu, Islam melarang berteman dengan ahlul-bid’ah dan ahlul-hawa’. Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhuma berkata, “Janganlah kalian duduk-duduk bersama dengan ahlulhawa! Sesungguhnya duduk-duduk dengan mereka menimbulkan penyakit dalam hati (yaitu bid’ah ).” Asy-Syarî’ah, Imam al-Ajurri hlm. 61 dan al-Ibânah al-Kubrâ, Imam Ibnu Baththah (2/ 438). Nukilan dari Mauqif Ahlis Sunnah wa Jjamâ’ah min Ahlil hawâ’ wal Bida’, DR. Ibrâhîm ar-Ruhaili (2/535)
3. Taat Beribadah Dan Menjauhi Perbuatan Maksiat.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ
Sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang berdoa kepada Allah, pada waktu pagi dan petang, (yang mereka itu) menginginkan wajah-Nya [al-Kahfi/18: 28]
Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsîr rahimahullah menyatakan, “Duduklah bersama orang-orang yang mengingat Allâh, yang ber-tahlîl (mengucapkan lâ ilâha illallâh), memuji, ber-tasbiih (mengucapkan subhaanallah), bertakbir (mengucapkan Allâhu akbar) dan memohon pada-Nya di waktu pagi dan petang di antara hamba-hamba Allâh, baik mereka itu orang-orang miskin atau orang-orang kaya, baik mereka itu orang-orang besar lengan berkuasa maupun orang-orang yang lemah.”
4. Berakhlak Terpuji Dan Bertutur Kata Baik
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Mukmin yang paling tepat imannya yaitu mukmin yang paling baik akhlaknya [HR Abu Dâwud no. 4682 dan at-Tirmidzi no.1163. (ash-Shahîhah no. 284)]
Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah berkata, “Kami dulu selalu mengikuti Qais bin ‘Ashim. Melalui dirinya, kami berguru kesabaran dan kemurahan hati sebagaimana kami berguru ilmu fikih.” [ Al-‘Afwu wa al-A’dzâr, Ibni ar-Raqqâm. Nukilan dari Sû’ul Khuluq, Muhammad Ibrâhîm al-Hamd hlm. 134].
5. Teman Yang Suka Menasehati Dalam Kebaikan.
Teman yang baik tentu tidak senang kalau kawannya sendiri terjatuh dalam perbuatan dosa. Jika Anda mempunyai teman, tetapi tidak pernah menegur dan tidak memperdulikan diri Anda ketika melaksanakan kesalahan, maka perlu dipertanyakan landasan persahabatan yang mengikat mereka berdua. Ia bukan seorang teman?
Salah satu ciri orang yang tidak rugi sebagaimana disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla pada surat al-‘Ashr, mereka saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidak tepat iman salah seorang dari kalian hingga dia mengasihi saudaranya mirip mengasihi dirinya sendiri [HR. al-Bukhâri no. 13, Muslim no. 40 , an-Nasâ’i no. 5031, at-Tirmidzi no. 2515 dan Ibnu Mâjah no. 66]
6. Zuhud Terhadap Dunia Dan Tidak Berambisi Mengejar Kedudukan.
Teman yang baik tentu tidak akan menyibukkan saudaranya dengan hal-hal yang bersifat keduniawian, mirip sibuk membicarakan model-model handphone, kendaraan beroda empat glamor keluaran terbaru dan barang-barang konsumtif yang menjadi incaran kaum hedonis.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersikaplah zuhud terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu. Dan bersikaplah tidak membutuhkan terhadap apa-apa yang dimiliki manusia, maka insan akan mencintaimu.” [HR Ibnu Mâjah no. 4102 (ash-Shahîhah no.944)]
7. Banyak Ilmu Atau Dapat Berbagi Ilmu Dengannya.
Tidak salah lagi, berteman dengan orang-orang yang punya dan mengamalkan ilmu agama akan memberi efek positif yang besar pada diri kita.
8. Berpakaian Yang Islami.
Teman yang baik selalu memperhatikan pakaiannya, baik dari segi syariat, kebersihan dan kerapiannya. Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah berkata dalam kitab al-Hilyah, “Perhiasan yang tampak memperlihatkan kecondongan hati. Orang-orang akan mengklasifikasikan dirimu hanya dengan melihat pakaianmu…Maka pakailah pakaian yang menghiasimu dan tidak menjelekkanmu, dan tidak menjadi materi celaan dalam pembicaraan orang atau materi olok-olokan orang-orang tukang cemooh.” [ At-Ta’lîquts Tsamîn ‘ala Syarhi Ibni al’Utsaimîn li Hilyati Thalabil ‘Ilmi hlm. 107]
9. Ia Selalu Menjaga Kewibawaan Dan Kehormatan Dirinya Dari Hal-Hal Yang Tidak Layak Menurut Pandangan Masyarakat.
Teman yang baik selalu memelihara dirinya dari perkara-perkara tersebut, kendatipun merupakan hal-hal yang diperbolehkan dalam agama, bukan maksiat. Seandainya suatu kawasan menganggap bahwa main bola sodok yaitu permainan tercela (sebuah malu bagi orang yang ikut bermain), maka tidak sepantasnya bergaul dengan orang-orang yang suka bermain permainan itu.
Betapa indah ucapan Imam Syâfi’i rahimahullah :
لَوْ أَنَّ اْلمَاءَ اْلبَارِدَ يَثْلَمُ مِنْ مُرُوْءَتِيْ شَيْئًا مَا شَرِبْتُ اْلمَاءَ إلاَّ حَارًّا
Seandainya air yang cuek merusak kewibawaanku (kehormatanku), maka saya tidak akan minum air kecuali yang panas saja [Manâqib asy-Syâfi’I, Imam ar-Râzy hlm. 85. Nukilan Ma’âlim fi Tharîq Thalabil’ilmi hlm. 166]
10. Sosok Yang Tidak Banyak Bergurau Dan Meninggalkan Hal-Hal Yang Tak Bermanfaat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
Di antara ciri baiknya keislaman seseorang, dia meninggalkan hal-hal yang tak bermanfaat baginya [Hadits shahîh riwayat at-Tirmidzi no. 2317 dan Ibnu Mâjah no. 3976]
Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah berkata :
وفى جملة، فينبغى أن يكون فيمن تؤثر صحبته خمس خصال : أن يكون عاقلاً حسن الخلق غير فاسق ولا مبتدع ولا حريص على الدنيا
“ Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat mempunyai lima sifat berikut : orang yang berakal, mempunyai moral yang baik, bukan orang fasik, bukan mahir bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia” .
11. Berakal, lantaran kecerdikan merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang bodoh. Karena orang yang bodoh, dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu. Berakal maksudnya yaitu orang yang memamahai segala sesuatu sesuai dengan hakekatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan kepada orang ain.
12. Berakhlak yang mulia. Karena betapa banyak orang yang akil dikuasai oleh rasa murka dan tunduk pada hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan berteman dengannya.
13. Bukan Orang Fasik, lantaran dia tidak mempunyai rasa takut kepada Allah. Orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, tidak sanggup mendapatkan amanah dan engkau tidak kondusif dari tipu dayanya.
14. Bukan Ahli Bid'ah, lantaran berteman dengan mahir bid’ah dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan kejelekan bid’ahnya.
15. Bukan orang yang rakus dengan dunia. (Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/ 36-37)
16. Ikhlas dan Tulus dalam berteman,
17. Pemaaf
18. Tidak suka mencela menggibah orang lain,
19. Memberikan pemberian yang positif,
20. Suka berkunjung / ziarah.
Memang kelihatannya agak sulit mendapatkan sahabat ideal sesuai dengan pemaparan di atas. Akan tetapi, dengan idzin Allah Azza wa Jalla kemudian dengan perjuangan yang besar lengan berkuasa serta doa kepada Allah, kita akan mendapatkan orang-orang mirip itu.
Catatan Penting :
a. Melalui keterangan di atas yang menganjurkan mencari sahabat yang berlatar-belakang baik, bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang-orang di sekitar kita. Bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang kafir, ahlul-bid’ah, orang-orang fasik dan orang-orang berkarakter buruk lainnya. Akan tetapi, pergaulan dengan mereka mesti dilandasi harapan dan niat untuk mendakwahi dan memperbaiki mereka.
b. Dalam dilema ini, kita harus melihat dan mempertimbangkan sisi kemaslahatan (kebaikan) dan madharat (bahaya) yang akan terjadi pada diri kita dan orang orang lain di sekitar kita pada ketika kita bergaul dengan mereka. Jika pergaulan kita dengan mereka mendatangkan manfaat yang besar bagi mereka, maka kita boleh bergaul dengan mereka. Begitu pula sebaliknya, kalau tidak mendatangkan manfaat tetapi justru mendatangkan bahaya, maka bergaul dengan mereka menjadi kasus larangan.
c. Simaklah keterangan Syaikh Muhammad al-‘Utsaimîn rahimahullah berikut, “Jika di dalam pergaulan dengan orang-orang fasik menjadikan alasannya datangnya hidayah baginya, maka tidak mengapa berteman dengannya. Engkau sanggup undang dia ke rumahmu, kau tiba ke rumahnya atau kau jalan-jalan bersamanya, dengan syarat tidak mengotori kehormatan dirimu dalam andangan masyarakat. Betapa banyak orang-orang fasik mendapatkan hidayah dengan berteman dengan orang-orang yang baik.” [ At-Ta’lîquts Tsamîn ‘ala Syarhi Ibni al’Utsaimîn li Hilyati Thalabil ‘Ilmi hlm. 24]
d. Di tengah masyarakat, kalau Anda tidak menentukan sahabat yang baik, maka tinggal pilih; Andakah yang akan menghipnotis orang-orang untuk menjadi lebih baik atau Andakah menjadi korban efek buruk lingkungan (kawan-kawan) Ingat! Tidak ada pilihan yang ketiga.
Wallâhul muwaffiq.
F. MUDHARAT BERTEMAN DENGAN ORANG YANG JELEK
Sebaliknya, bergaul dengan sahabat yang buruk juga ada dua kemungkinan yang kedua-duanya buruk:
A. Kita akan menjadi jelek, atau
B. Kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan sahabat kita.
Berteman dengan sahabat yang buruk menyampaikan dampak yang sebaliknya;
Orang yang bersifat buruk sanggup mendatangkan ancaman bagi orang yang berteman dengannya,
Dapat mendatangkan keburukan dari segala aspek bagi orang yang bergaul bersamanya.
Sungguh betapa banyak kaum yang hancur lantaran alasannya keburukan-keburukan mereka, dan betapa banyak orang yang mengikuti sahabat-sahabat mereka menuju kehancuran, baik mereka sadari maupun tidak.
Oleh lantaran itu, sungguh merupakan nikmat Allah yang paling besar bagi seorang hamba yang beriman yaitu Allah memberinya taufik berupa sahabat yang baik. Sebaliknya, eksekusi bagi seorang hamba yaitu Allah mengujinya dengan sahabat yang buruk. (Bahjatu Qulubil Abrar, 185)
NOW I WILL SHOW YOUR FUTURE ....
G. KEBAIKAN SESEORANG BISA DILIHAT DARI TEMANNYA
Ibnu Mas’ud berkata, “Seseorang itu akan berjalan dan bersahabat bersama orang yang dicintainya yang mempunyai sifat mirip dirinya.” (Al-Ibanah 2/476 – Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur fil I’tiqad was Sunnah)
Ketika Sufyan Ats-Tsauri tiba ke Bashrah, dia melihat keadaan Ar-Rabi’ bin Shabih dan kedudukannya di tengah ummat. Yahya bin Sa’id Al-Qatthan berkata, “Sufyan bertanya apa madzhabnya?” Orang-orang menjawab, “Madzhabnya di atas sunnah.” Beliau bertanya lagi, “Siapa sahabat dekatnya?” Mereka menjawab, “Seorang Qadari (orang yang menolak beriman kepada taqdir).” Lalu dia berkata, “Kalau begitu dia seorang Qadari!” (Al-Ibaanah 2/453 – Lamudduril Mantsur minal Qaulil Ma’tsur fil I’tiqad was Sunnah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan sahabat sebagai patokan terhadapa baik dan buruknya agama seseorang. Oleh alasannya itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita supaya menentukan sahabat dalam bergaul. Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Agama Seseorang sesuai dengan agama sahabat dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi sahabat dekatnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
‘Adi bin Zaid rahimahullah berkata :
عَنِ الْمَرْءِ لَا تَسْأَل وَاسْأَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ – – – – – – فَـكُلُّ قَــرِيْنٍ بِالْمُقَـارِنِ يَقْتَــدِيْ
إِذَا كُنْتَ فِيْ قَوْمٍ فَصَـاحِبْ خِيَارَهُمْ – – – – – – وَلَا تَصْحَب الْأَرْدَى فَتَرْدَى مَعَ الرَّدِيْ
“Tidak perlu engkau tanyakan (tentang) siapa seseorang itu, namun tanyakanlah siapa sahabat dekatnya”
“Karena setiap orang itu memalsukan (tabiat) sahabat dekatnya”
“Jika engkau ada di suatu kaum, maka bertemanlah dengan orang-orang yang baik diantara mereka”
“Dan janganlah berteman dengan orang-orang yang hina (diantara mereka), pasti engaku menjadi hina bersamanya.”
H. JANGAN SAMPAI MENYESAL DI AKHIRAT
Memilih sahabat yang buruk akan menyebakan rusak agama seseorang. Jangan hingga kita menyesal pada hari selesai zaman nanti lantaran efek sahabat yang buruk sehingga tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlah firman Allah berikut :
وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلَى يَدَيْهِ يَقُولُ يَا لَيْتَنِي اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُولِ سَبِيلاً يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلاً لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً
“ Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya saya dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu saya tidak mengambil fulan sebagai sahabat akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan saya dari Al Qur’an setelah Al Qur’an itu tiba kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” (Al Furqan:27-29)
Lihatlah bagiamana Allah menggambarkan seseorang yang teah menjadikan orang-orang yang buruk sebagai teman-temannya di dunia sehingga di darul abadi menimbulkan penyesalan yang sudah tidak mempunyai kegunaan lagi.
I. BERTEMAN DENGAN MUKMIN YANG BAIK, MENJADI SYAFAAT DI HARI KIAMAT
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dalam hadis yang panjang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda perihal syafaat di hari kiamat,
حتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون: ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم: أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار، فيخرجون خلقا كثيرا قد أخذت النار إلى نصف ساقيه، وإلى ركبتيه، ثم يقولون: ربنا ما بقي فيها أحد ممن أمرتنا به، فيقول: ارجعوا فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من خير فأخرجوه، فيخرجون خلقا كثيرا، ثم يقولون: ربنا لم نذر فيها أحدا ممن أمرتنا…
Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.
Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.
Para mukminin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar hingga betisnya dan ada yang hingga lututnya.
Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.”
Allah berfirman, ”Kembali lagi, keluarkanlah yang masih mempunyai iman seberat dinar.”
Maka dikeluarkanlah orang mukmin berbagai yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, ”Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas…” (HR. Muslim no. 183).
Memahami hadis ini, Imam Hasan al-Bashri menasehatkan,
استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة
”Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka mempunyai syafaat pada hari klamat.”
Imam Ibnul Jauzi berpesan kepada sahabat-sahabatnya,
إن لم تجدوني في الجنة بينكم فاسألوا عني وقولوا : يا ربنا عبدك فلان كان يذكرنا بك
”Jika kalian tidak menemukan saya di nirwana bersama kalian, maka tanyakanlah perihal saya kepada Allah. Ucapkan: ’Wahai Tuhan kami, hambaMu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau.”
Kemudian dia menangis.
Imam Asy Syafi'i rahimahullah berkata: "Jika engkau punya sahabat yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya kerana mencari sahabat baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat gampang sekali."
Teman sejati yaitu sahabat yang membimbingmu ke Surga...
J. HENDAKNYA ORANG TUA MEMANTAU PERGAULAN ANAKNYA
Kewajiban bagi orang bau tanah yaitu mendidik anak-anaknya. Termasuk dalam hal ini memantau pergaulan anak-anaknya. Betapa banyak anak yang sudah menerima pendidikan yang cantik dari orang tuanya, namun dirusak oleh pergaulan yang buruk dari teman-temannya. Hendaknya orangtua memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak-anaknya, lantaran setap orang bau tanah yaitu pemimpin bagi keluarganya, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Allah Ta’ala juga berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُون
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang materi bakarnya yaitu insan dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan “ (At Tahrim:6).
SEBELUM BERPISAH..
Sahabatku fillah...
Mudah-mudahan dengan ini, saya telah mengingatkanmu perihal Allah Ta'ala, supaya saya sanggup besertamu kelak di Syurga dan ridhaNya.
Yaa Rabb saya memohon kepadaMu karuniakanlah kepadaku sahabat-sahabat yang selalu mengajakku untuk tunduk patuh dan taat kepada syariatMu.
Kekalkanlah persahabatan kami hingga kami bertemu di darul abadi denganMu.
Wahai sahabatku...
Jika kalian tidak menemukan diriku di Syurga, sudilah kiranya engkau memanggil namaku dan bertanya pada Allah perihal diriku, dan semoga Allah menyelamatkan diriku dan keluargaku dan kalian dari siksa api neraka..
Semoga Allah Ta’ala senantiasa menjaga kita dan keluaraga kita dari efek teman-teman yang buruk dan mengumpulkan kita bersama teman-teman yang baik.
Aamiin.
Wa shallallahu ‘alaa Nabiyyina Muhammad.
Disusun dari beberapa sumber Oleh: Abu Hazim Samsuril Wadi (Al-Khor)
Sumber : http://www.assunnah-qatar.com/artikel/akhlaq-dan-nasehat/831-sahabatmu-masa-depanmu.html